DIKLAP SEBAGAI APLIKASI PEMBENTUKAN MENTAL DI LAPANGAN


         
“Survive” atau bertahan hidup di alam terbuka seperti hal yang tak dapat dipisahkan dari Pendidikan Lapangan (Diklap). Setelah mengadakan Penerimaan Anggota Baru (PAB) KSR PMI Unit UIN Walisongo Semarang (2-4/10/2015), tahap selanjutnya yang akan dilaksanakan adalah pendidikan lapangan. Diklap akan diikuti oleh calon anggota dan anggota KSR. Pasca PAB calon anggota dan anggota KSR diwajibkan mengikuti latihan rutin (larut). Larut dilaksanakan selama satu bulan, setiap sepekan sekali pada hari sabtu. Calon anggota atau cata diwajibkan mengenakan pakaian serba hitam, sepatu bertali, dan memakai  mitela berwarna putih. Berbagai materi diberikan pada cata tentang KSR seperti managemen penanggulangan bencana, pertolongan pertama, mountaineering, dll. Materi tersebut sebagai
bekal cata nanti ketika Diklap. Sudah tidak ada lagi materi yang dibuka atau dicatat oleh cata. Cata diwajibkan untuk survive atau bertahan hidup di alam. Dengan membawa perbekalan masing-masing yang telah disiapkan sebelumnya, cata harus bisa memanfaatkannya. Cata diajarkan agar dapat mengatur dan memanfaatkan perbekalan masing-masing. Bagaimana mereka bisa bertahan hidup di alam tanpa menggantungkan fasilitas modern. Baik itu konsumsi, gadget, dan sebagainya.
          Diklap sebagai simulasi cata dan anggota KSR ketika menghadapi kondisi lapangan sesungguhnya. Diklap bagaikan sarana untuk mengolah mental cata dan anggota KSR. Diklap juga bertujuan mengondisikan cata dan anggota KSR dalam situasi lapangan sesungguhnya. Mereka diharapkan dapat mempraktikkan materi yang telah didapat selama latihan rutin. Jiwa mandiri dan korsa benar-benar diterapkan selama Diklap. Cata dilatih agar tidak mudah bergantung kepada orang lain. Menumbuhkan sikap korsa atau kebersamaan antar cata, tidak saling menyalahkan dan memikul beban bersama-sama. Baik dalam keadaan senang maupun susah. Seperti pepatah “Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing” itulah jiwa korsa yang harus dimiliki tiap cata maupun anggota KSR. Tiga semboyan KSR yang telah ditanamkan dalam jiwa masing-masing harus diamalkan yakni disiplin sikapku, loyal jiwaku, dankorsa semangatku.Serta tiga kunci keselamatan yang harus dipegang dandilaksanakanya itu konsentrasi, atur nafas, dan positif thinking. Tiga kunci keselamatan sangat penting terutama bagi diri kita sendiri. Karena dengan menerapkan tiga kunci keselamatan maka akan melatih cata memanage situasi yang rumit. Misalkan situasi cata dalam keadaan kedinginan, phobia kegelapan, dan sebagainya. Dengan begitu cata dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat selama larut dan tentunya merasakan situasi sesungguhnya di lapangan.
Dari pendidikan ini maka dapat ditarik kesimpuan bahwa dengan mengikuti pendidikan lapangan diharapkan cata mampu mengaplikasikan dari pendidikan yang mereka ikuti dalam kehidupan sehari-hari, bahkan ketika suatu saat nanti mereka menemui bencana alam. Selain itu memberikan motivasi kepada cata untuk lebih meningkatkan sikap saling tolong menolong atau sikap altruisme. Dengan semakin bertambahnya relawan di Semarang setidaknya mampu membantu daerah rawan bencana. Dan mereka sebagai agen sosialisasi untuk menyemarakkan atau mengajak masyarakat untuk mengutamakan hidup sehat dengan menjaga kebersihan ligkungan, misalnya buang sampah pada tempatnya.
By:Nanda Rahayuningtyas/KSR.15

Comments

Popular Posts