Sejarah Tiga Lambang yang Diakui Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional
Lambang merupakan sebuah tanda pengenal bagi sebuah forum atau
organisasi. Dengan adanya lambang, anggota dalam sebuah organisasi akan mudah
dikenali. Organisasi Kepalangmerahan juga mempunyai lambang sebagai tanda
pengenal dan identitas organisasi. Yuk kenali 3 lambang berikut.
1.
Lambang Palang Merah
Lambang ini
merupakan sebuah bentuk apresiasi kepada sang pendiri gerakan kepalangmerahan
yaitu Jean Henry Dunant yang berasal dari negara Swiss. Sebagaimana diketahui
bahwa bendera negara Swiss yaitu palang putih diatas dasar merah, maka
organisasi kepalangmerahan mengadopsi dari bendera tersebut, dengan dibalik
menjadi lambang palang merah diatas dasar putih. Gagasan ini berawal pada tahun
1863 ketika Konvensi Jenewa berlangsung. Lalu pada tahun 1864, Lambang Palang
Merah resmi disahkan sebagai tanda pengenal pelayanan medis angkatan
bersenjata. Konvensi Jenewa berlangsung juga pada tahun 1906, di dalamnya
terdapat hasil keputusan bahwa dengan meninjau kembali Konvensi Jenewa tahun
1864, maka ditetapkanlah Lambang Palang Merah sebagai bentuk penghormatan
terhadap negara Swiss.
2.
Lambang Bulan Sabit Merah
Lambang ini muncul
setelah polemik Lambang Palang Merah yang digunakan sebagai tanda pengenal oleh
tim medis saat melaksanakan tugas di peperangan tahun 1876 tepatnya di Balkan.
Kala itu, tim medis dibunuh karena menggunakan lambang Palang Merah oleh para
tentara Islam Turki. Lalu, pemerintah Turki mengatakan bahwa ada sensitivitas
terhadap lambang tersebut yang diduga mirip bentuk 'salib', sehingga mereka
menyarankan kepada tim pelayanan medis menggunakan lambang Bulan Sabit Merah
agar tetap melakukan tugasnya di medan pertempuran. Padahal tidak ada kaitan
antara lambang Palang Merah dengan agama tertentu.
Usulan ini
perlahan di terima dan di reservasi untuk ditetapkan sebagai lambang yang
setara dengan Lambang Palang Merah. Lambang Bulan Sabit Merah di atas dasar
putih diakui
Sebagai lambang
pembeda dengan fungsi dan tujuan yang sama dengan lambang palang merah
sebagaimana tercantum pada Konvensi-konvensi Jenewa 1949 dan protokol tambahan
I dan II 1977.
3.
Lambang Kristal Merah
Lambang Kristal
Merah berawal dari keinginan Israel memiliki lambang sendiri. Pada 1930, seorang perawat Karen Tenenbaum mendirikan Magen
David Adom (MDA), lembaga kemanusiaan yang memberikan bantuan medis, bencana
alam, ambulan, dan bank darah. Sejak 1935, MDA menggunakan lambang Bintang
David Merah (Red Star of David). Setelah membuka cabang di Yerusalem dan Haifa,
MDA memberikan bantuan medis kepada masyarakat, tidak hanya orang Yahudi,
tetapi orang-orang Arab.
Karena lambang Kristen
dan islam diakui, Israel menuntut agar Bintang Merah David diakui. Namun,
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit menolak permintaan Israel tersebut bertahun-tahun.
Ini beralasan karena lambang Palang Merah bukan untuk mewakili agama namun
untuk pemberian penghargaan pada negara asal Jean Henry Dunant, Swiss. Selain
itu jika kelompok agama atau lainnya diberi izin lambang lain selain Palang
Merah dan Bulan Sabit Merah mungkin saja akan meminta lambang lain untuk
kelompoknya.
Hingga akhirnya tahun 2005, Lambang
Kristal Merah ditetapkan pada amandemen Konvensi Jenewa atau Protokol III untuk
mengakomodasi permintaan Israel. Selain itu lambang Kristal Merah menjadi
lambang alternatif oleh negara dalam konflik bersenjata atau perang maupun
bencana. Jadi, ketika negara yang menggunakan Lambang Palang Merah, Bulan Sabit
Merah, IFRC dan ICRC bertugas di wilayah tersebut (konflik bersenjata) maka
Lambang Kristal Merah dapat digunakan secara khusus untuk kegiatan
kepalangmerahan.
Jadi, itulah 3 lambang kepalangmerahan resmi yang masih digunakan hingga
saat ini oleh negara-negara di dunia. Sebagaimana pada prinsipnya, setiap
negara hanya boleh menggunakan satu lambang saja. Lambang-lambang tersebut
tidak boleh disalahgunakan untuk kepentingan pribadi maupun kelompok politik.
Kontributor: Asri Nailifarikhah
Comments