Urgensi Pemahaman Masyarakat Terkait Ilmu Pangan dan Ilmu Gizi
Berbicara tentang aspek pangan dan gizi, tentu tidak lepas dari kebutuhan
dan peran masyarakat di dalamnya. Masyarakat menjadi pelaku utama dalam hal
ini. Pengertian pangan itu sendiri merupakan makanan yang dibutuhkan oleh tubuh
kita. Bahan pangan tersebut dapat di kelompokkan sesuai dengan jenisnya,
seperti :
· Bahan pangan pokok (beras, padi, gandum, jagung dan
lainnya)
· Bahan pangan umbi-umbian (ubi kayu, ubi jalar, talas,
dan umbi lainnya)
· Bahan pangan hewani (Ikan, daging, susu dan telur)
· Bahan pangan minyak dan lemak (minyak kelapa, minyak
sawit (minyak goreng, minyak jagung, margarin)
· Bahan pangan buah/biji berminyak (kelapa, kemiri,
jambu mete dan coklat)
· Bahan pangan kacang- kacangan (Kedelai, kacang tanah,
kacang hijau, kacang merah, dan kacang lainnya)
· Bahan pangan gula (gula pasir, gula merah)
· Bahan pangan sayur dan buah (Semua jenis sayuran dan
buah-buahan yang biasa dikonsumsi)
· Bahan pangan lain-lain (teh, kopi, sirup,
bumbu-bumbuan, makanan dan minuman jadi)
Jenis pangan pada setiap individu pun berbeda-beda sesuai sumber pangan
yang tersedia. Setiap orang memiliki variasi bahan pangan tersendiri yang
dibutuhkan oleh tubuhnya yang sesuai dengan lingkungannya¹.
Tidak hanya pangan, tubuh manusia tidak lepas dari kebutuhan gizi. Gizi
merupakan kandungan zat yang berada di dalam pangan itu sendiri. Pada istilah
lama sering disebut dengan 4 sehat 5 sempurna, tetapi seiring berkembangnya zaman,
istilah itu tidak sesuai dengan kondisi masyarakat sekarang. Berubahlah namanya
menjadi B3 (beragam, bergizi, berimbang).
Di setiap harinya tubuh kita pun memerlukan kandungan gizi yang seimbang.
Seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan serat sesuai
kebutuhan gizi yang disarankan. Kandungan pangan dan gizi tersebut merupakan
satu kesatuan pokok yang tidak dapat dipisahkan. Kenapa? Karena pangan dan gizi
tersebutlah yang dapat menghasilkan sebuah energi bagi tubuh kita. Energi tersebut
digunakan oleh tubuh kita untuk melakukan aktivitas dalam setiap harinya.
Seperti halnya dalam dunia psikologi sendiri, kebutuhan yang paling
mendasar menurut Abraham Masllow yang pertama yaitu kebutuhan filosofis.
Kebutuhan filosofis merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap makhluk
hidup di dunia ini.
Seperti kebutuhan makan dan minum, karena jika kebutuhan itu tidak
terpenuhi, kebutuhan yang lainnya pun juga tidak akan terpenuhi dan disaat
itulah manusia akan mengalami kesulitan untuk berfungsi secara normal.
Misalnya, seseorang mengalami kesulitan mendapatkan makanan, lalu dia akan
menderita kelaparan, kemudian dia mengalami efek yaitu tidak akan bisa
memikirkan kebutuhan yang lainnya.
Dalam dunia kesehatan pun pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan
seperti Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan dan Undang-undang No.
18 Tahun 2012 tentang pangan². Oleh karena itu pangan dan gizi merupakanan hal
terpenting dalam kehidupan kita.
Akan tetapi belum sepenuhnya dilaksanakan sebagaimana mestinya. Karena pada
umumnya masyarakat lebih mementingkan rasa dari pada kandungan gizinya. Itulah
yang sudah menjadi budaya masyarakat sekitar. Seperti pada masyarakat perkotaan
mereka lebih menyukai makanan instan yang rasanya lebih enak dari pada
mementingkan kandungan gizi di dalamnya.
Kemiskinan dan kekurangan pangan yang bergizi pun dapat mempengaruhi
masyarakat untuk tidak memahami secara menyeluruh mengenai kandungan gizi dalam
panganan³ Kurangnya pengetahuan juga menyebabkan masyarakat enggan untuk
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Urgensi masyarakat terkait dengan pangan dan gizi masih sangat rendah
tingkat kesadarannya. Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat akan kandungan
gizi dalam pangan menyebabkan timbulnya berbagai masalah dalam tubuh. Oleh
karena itu, pemahaman terkait ilmu pangan dan gizi sangat dibutuhkan oleh
masyarakat.
Pentingnya penyuluhan terkait pangan dan gizi pun harus dilakukan di
lingkungan masyarakat. Tujuannya agar setiap individu paham terkait pangan dan
gizi, serta dapat memperbaiki makanan terkait gizi yang sesuai dengan pedoman
kesehatan. Diharapkan kedepannya tidak ada lagi yang namanya masalah tentang
kekurangan gizi.
Walaupun berbagai upaya telah dilakukan, untuk mengatasi masyarakat yang
tidak mempedulikan pentingnya gizi dalam makanan tidak dapat diselesaikan
secara menyeluruh. Hal ini karena pasokan makanan yang mengandung gizi seimbang
belum terpenuhi dalam suatu wilayah tersebut. Masalah ini pun tidak dapat
diselesaikan oleh satu pihak yang berada di ranah saintifk,seperti ilmu
kesehatan untuk memperluas sosialiisasi tentang bahaya yang
ditimbulkan.Ilmu-ilmu yang lain seperti ilmu sosial perlu andil dalam
permasalahan, seperti mempengaruhi masyarakat untuk merubah pola makannya agar
tetap terjaga.
Penulis: Alfina
Rahmawati (Satgas 2019)
Editor: Kismunthofiah (Pengurus KSR UIN Walisongo)
Referensi
¹ Endang Lestari Hastuti. 1995. Pelembagaan Perilaku Pangan dan Gizi.
FAE. Vol 13. No. 2. Hal 2.
² Afrizal Arlius, Toto Sudargo, Subejo. 2017. Hubungan Ketahanan Pangan
Keluarga Dengan Status Gizi Balita (Studi Di Desa Palasari Dan Puskesmas
Kecamatan Legok,
Kabupaten Tangerang). Jurnal Ketahanan Nasional. Vol 23. No 3. Hal
360-361.
³ Lutfiana Ulfa. 2015. Upaya Menumbuhkan Kesadaran
Masyarakat Tentang Pentingnya Gizi Bagi Kehidupan Melalui Media Film
Animasi. Karya Tulis Ilmiah.
Hal 1.
Comments